Kabupaten ini menjadi bukti nyata bahwa daerah muda bisa tumbuh dengan visi besar — tidak hanya mengejar pembangunan fisik, tetapi juga membangun jiwa dan identitas daerahnya. Dengan semangat masyarakat yang beragam namun solid, Tubaba tumbuh menjadi contoh baru dari pembangunan yang berkarakter dan berkelanjutan.
Sejarah dan Asal Usul Tulang Bawang Barat
Untuk memahami perjalanan Tubaba, kita perlu menelusuri jejak administratifnya.
Awalnya, seluruh wilayah ini merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Utara, salah satu kabupaten tertua di Provinsi Lampung. Namun karena luas wilayah dan kebutuhan akan pemerataan pembangunan, pada tahun 1997, Lampung Utara dimekarkan menjadi Kabupaten Tulang Bawang.
Setelah berjalan lebih dari satu dekade, sebagian wilayah di bagian barat Tulang Bawang kemudian berkembang pesat, namun masih menghadapi keterbatasan akses pelayanan publik. Maka, untuk memperpendek jarak pelayanan pemerintahan dan mempercepat pembangunan daerah, pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2008, yang secara resmi membentuk Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) dengan ibu kota Panaragan Jaya.
Secara genealogis, garis pemekarannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Kabupaten Lampung Utara
↓ (Pemekaran Tahun 1997)
Kabupaten Tulang Bawang
↓ (Pemekaran Tahun 2008)
Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba)
Kabupaten Mesuji
Artinya, Tulang Bawang Barat adalah cabang ketiga dari sejarah administratif Lampung Utara — mewarisi semangat dan karakter masyarakatnya yang tangguh, berbudaya, dan adaptif terhadap perubahan.
Nama “Tulang Bawang” sendiri berasal dari kisah Kerajaan Tulang Bawang, kerajaan kuno yang pernah berjaya di tepi Sungai Tulang Bawang dan menjadi bagian dari jaringan perdagangan maritim pada masa Sriwijaya.
Dari kerajaan itulah muncul istilah “Megou Pak”, yaitu empat marga besar yang menjadi cikal bakal masyarakat Lampung Tulang Bawang:
- Tulang Bawang
- Tulang Nawang
- Buay Bulan
- Buay Umpu
Empat marga ini bukan hanya nama, tetapi simbol kebersamaan dan asal-usul masyarakat asli yang kini berpadu dengan berbagai suku pendatang dari Jawa, Sunda, dan Bali. Keberagaman inilah yang menjadikan Tubaba kaya akan identitas budaya.
Letak Geografis dan Kondisi Wilayah
Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki luas wilayah sekitar 1.201 km², terdiri dari 9 kecamatan dan 93 tiyuh (desa).
Secara geografis, kabupaten ini berbatasan dengan:
- Utara: Kabupaten Way Kanan
- Selatan: Kabupaten Lampung Tengah
- Timur: Kabupaten Tulang Bawang
- Barat: Kabupaten Lampung Utara
Kondisi alamnya relatif datar dengan tanah yang subur. Hal ini membuat Tubaba sangat potensial di sektor pertanian dan perkebunan. Komoditas utama daerah ini antara lain karet, sawit, padi, dan singkong, yang menjadi sumber ekonomi utama masyarakat.
Selain itu, wilayah ini mulai dilalui oleh jalur Tol Trans-Sumatera, yang secara strategis memperpendek waktu tempuh menuju kota-kota besar di Lampung, bahkan hingga Sumatera bagian selatan. Aksesibilitas inilah yang menjadi modal penting bagi pengembangan ekonomi dan pariwisata Tubaba ke depan.
Kehidupan Sosial dan Budaya
Masyarakat Tubaba terdiri dari berbagai suku: Lampung, Jawa, Sunda, Bali, dan beberapa etnis Nusantara lainnya. Meski beragam, masyarakat di sini hidup dalam harmoni dengan semangat “Bumi Ragem Sai Mangi Wawai”, yang berarti “bersatu dalam keberagaman untuk mencapai kemakmuran”.
Nilai-nilai adat masih terjaga melalui upacara dan tradisi seperti:
- Begawi Adat – prosesi adat dalam pernikahan dan upacara besar.
- Cangget – tarian tradisional yang menggambarkan semangat kebersamaan pemuda-pemudi.
- Tari Bedana – simbol keramahan dan persaudaraan khas masyarakat Lampung.
Selain menjaga tradisi, masyarakat Tubaba juga terbuka terhadap perkembangan zaman. Pemerintah daerah bahkan sering mengadakan festival budaya, seni mural, dan pertunjukan terbuka yang melibatkan seniman muda lokal.
Hal ini menjadikan Tubaba sebagai ruang kolaborasi antara tradisi dan modernitas — tempat di mana nilai lama tidak ditinggalkan, melainkan dihidupkan kembali dengan cara baru.
Pembangunan dan Konsep Kota Berbudaya
Salah satu hal paling menonjol dari Tubaba adalah konsep pembangunan daerahnya yang berkarakter budaya.
Pemerintah daerah mengusung filosofi “Tubaba Membangun dengan Jiwa”, yang berarti pembangunan tidak hanya menitikberatkan pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada jiwa manusia dan identitas kebudayaan.
Konsep ini diwujudkan dalam arsitektur bangunan publik yang sarat makna lokal. Contohnya:
- Islamic Centre Tulang Bawang Barat, dengan desain modern yang memadukan unsur adat Lampung.
- Rumah Sesat Agung Bumi Gayo, pusat kegiatan adat dan budaya yang menjadi simbol kearifan lokal.
- Kompleks Pemerintahan Panaragan, yang arsitekturnya terinspirasi dari rumah adat “Lamban” khas Lampung.
Selain itu, ruang publik seperti Taman Budaya Tubaba dan Creative Park Pulung Kencana menjadi wadah bagi generasi muda untuk berkreasi di bidang seni, fotografi, dan teknologi.
Dengan pendekatan ini, Tubaba membangun identitasnya sebagai kabupaten yang berjiwa seni, berakar budaya, namun berwawasan modern.
Perekonomian dan Potensi Daerah
Secara ekonomi, Tulang Bawang Barat masih didominasi oleh sektor pertanian dan perkebunan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul diversifikasi ekonomi melalui sektor jasa, perdagangan, dan ekonomi kreatif.
Beberapa potensi ekonomi Tubaba antara lain:
- Perkebunan karet dan sawit yang menjadi komoditas unggulan ekspor.
- Agrowisata dan hortikultura, terutama di wilayah Daya Murni dan Pulung Kencana, yang mulai dikembangkan sebagai wisata edukatif.
- UMKM kreatif, seperti kerajinan anyaman, batik Lampung, dan kuliner khas daerah yang kini mulai menembus pasar digital.
Didukung oleh akses Tol Trans-Sumatera dan semakin banyaknya event promosi daerah, sektor ekonomi Tubaba berpeluang tumbuh lebih cepat. Pemerintah daerah juga aktif mendorong penggunaan teknologi digital dalam pengelolaan UMKM dan promosi wisata.
Wisata dan Daya Tarik Tulang Bawang Barat
Meskipun masih berkembang, sektor pariwisata Tubaba mulai menunjukkan potensi luar biasa.
Berikut beberapa destinasi unggulan yang mencerminkan karakter dan keindahan kabupaten ini:
1. Islamic Centre Tulang Bawang Barat
Salah satu ikon arsitektur modern di Lampung. Bangunan ini bukan hanya tempat ibadah, tapi juga pusat kegiatan kebudayaan dan pendidikan. Desainnya memadukan elemen geometris modern dengan filosofi adat Lampung, menciptakan suasana spiritual sekaligus estetis.
2. Relief Megou Pak
Monumen besar di Panaragan ini menggambarkan empat marga asli Lampung. Selain menjadi simbol sejarah, tempat ini menjadi spot foto favorit bagi wisatawan karena bentuknya yang megah dan artistik.
3. Taman Budaya Tubaba
Ruang publik yang menjadi pusat seni dan kreativitas. Di sini sering digelar pertunjukan tari, musik, hingga festival budaya. Taman ini menjadi simbol semangat masyarakat Tubaba dalam menghidupkan kebudayaan lokal dengan cara modern.
4. Wisata Agro Daya Murni
Destinasi yang memadukan rekreasi dan edukasi. Pengunjung dapat belajar tentang pertanian modern, berinteraksi dengan petani lokal, dan menikmati keindahan taman bunga yang tertata rapi. Cocok untuk wisata keluarga.
5. Wisata Alam dan Religi
Selain wisata budaya, Tubaba juga memiliki lokasi alami dan religi seperti Makam Keramat di Tulang Bawang Udik dan kolam pemancingan di Mulya Asri.
Keindahan sederhana dari pedesaan dan keramahan warganya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mencari suasana tenang dan autentik.
Visi, Arah Pembangunan, dan Masa Depan Tubaba
Kabupaten Tulang Bawang Barat mengusung visi besar:
“Menjadi Daerah Berdaya, Berbudaya, dan Berkelanjutan.”
Tiga pilar utama yang menjadi dasar pembangunan Tubaba adalah:
- Kebudayaan dan Pendidikan – mengangkat nilai-nilai lokal untuk membentuk karakter masyarakat yang cerdas dan beretika.
- Infrastruktur dan Teknologi – membangun sarana publik dan memanfaatkan teknologi digital untuk tata kelola pemerintahan.
- Kemandirian Ekonomi – memperkuat sektor lokal agar mampu bersaing tanpa bergantung pada daerah lain.
Dengan pendekatan itu, Tubaba berpotensi menjadi kabupaten model di Sumatera yang menyeimbangkan antara pembangunan fisik dan pembangunan manusia.
Filosofi “Membangun dengan Jiwa” menjadi pondasi agar setiap program pembangunan tidak sekadar menghasilkan bangunan, tetapi juga membangun kesadaran, keindahan, dan kebersamaan.
Penutup
Tulang Bawang Barat adalah contoh nyata dari daerah muda yang tumbuh dengan arah yang jelas dan nilai yang kuat.
Dari sejarah panjangnya sebagai bagian dari Lampung Utara hingga menjadi kabupaten mandiri, Tubaba telah menunjukkan bahwa kemajuan bukan hanya milik kota besar, tetapi juga milik daerah yang mau belajar, berinovasi, dan menjaga budayanya.
Dengan perpaduan alam yang subur, budaya yang hidup, dan semangat masyarakat yang tinggi, Tulang Bawang Barat kini menjadi simbol “Lampung yang berjiwa” — tempat di mana masa depan dibangun tanpa meninggalkan akar sejarahnya.


